Apakah CBSA sudah benar - benar diaplikasikan di setiap sekolah, baik swasta maupun negeri sesuai dengan kurikulum yang pada saat ini berjalan?
A. Pengertian CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif adalah cara mengajar dengan
melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan
mental intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.
Menurut Conny Seniawan, CBSA yang dipraktekkan adalah cara belajar siswa aktif
yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan
memproseskan perolehan pada siswa meliputi keterampilan - keterampilan
mengamati/observasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan
variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan
dan mengkomunikasikan. Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL).
CBSA
bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori”, tapi merupakan
cara, teknik atau dalam bahasa lain disebut “teknologi”. Dalam dunia pendidikan
dan pengajaran CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, CBSA
merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan
tuntunan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar seperti telah
dijelaskan dalam uraian di muka. Hampir tidak pernah terjadi proses belajar
tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar. Sebagai konsep CBSA
adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya terlibat
secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan
dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Dilihat
dari subjek didik maka CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa
dalam rangka belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka CBSA merupakan
bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik, sehingga
siswa mampu mengubah tingkah lakunya seecara lebih efektif dan efisien. Mengajar
dalam pendekatan ini, menciptakan system lingkungan yang memungkinan semua
kemampuan siswa dapat dikembangkan dalam proses belajar. Materi disajikan
secara merangsang, kemampuan siswa diperhitungkan, guru berfungsi sebagai
motivator, organisation, pengarah dan media pengajaran yang cukup komunikatif. Permasalahannya
hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan siswa. Ada keaktifan belajar
kategori rendah, sedang, dan adapula keaktifan belajar kategori tinggi. Seandainya
dibuat rentangan skala keaktifan dari 0-10, maka keaktifan belajar ada dalam
skala 1-10, tidak ada skala nol, betapapun kecilnya keaktifan tersebut. Dengan
demikian hakikat CBSA pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau
mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan
belajar mengajar siswa dipandang sebagai objek dan subjek.
Asumsi Pendidikan
pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan, dan martabatnya sebagai manusia.
Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah:
- Membina dan mengembangkan potensi manusia
- Berlangsung sepanjang hayat
- Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu
- Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru
- Meningkatkan kualitas hidup manusia.
Asumsi Anak Didik
Asumsi anak didik didasarkan kepada:
- Anak bukan manusia kecil,tapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang
- Setiap individu / anak didik berbeda kemampuannya
- Individu atau anak didik pada dasarnya insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya
- Anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya
Asumsi Guru
Asumsi guru bertolak dari:
- Bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa
- Memiliki kemampuan profesional sebagai pengajar
- Mempunyai kode etik keguruan
- Berperan sebagai sumber belajar, pemimipin belajar, dan fasilitator belajar sehingga memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar.
Asumsi Proses Pengajaran
Beberapa asumsi proses pengajaran antara lain:
- Proses pengajaran direncanakan dan dilksanakan sebagai suatu sistem
- Peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru
- Proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna
- Pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secar seimbang
- Inti dari proses pengajaran adalah adanya kegitan siswa belajar secara optimal.
C. Penerapan CBSA dalam Proses Belajar Mengajar
Perencanaan
proses belajar-mengajar wujudnya dalam bentuk-bentuk satuan pelajaran yang
berisi rumusan tujuan pengajaran (tujuan instruksional), bahan pengajaran,
kegiatan, belajar siswa, metode dan alat bantu mengajar dan penilaian.
Sedangkan tahap pelaksanaan dari proses belajar mengajar adalah pelaksanaan
satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi guru dengan
siswa pada saatpengajaran itu berlangsung. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
harus tercermin dalam kedua hal di atas, yakni dalam satuan pelajaran dan dalam
praktek pengajaran. Dengan demikian, guru yang akan mengajar dengan penekanan
kepd CBSA, harus memikirkan hal-hal apa yang akan dilakukan serta menuangkannya
secara tertulis dalam satuan pelajaran. Dimulai dari meerumuskan tujuan
instruksional khusus (TIK) harus memberikan peluang bahwa pencapaian tujuan
tersebut menuntut kegiatan belajar siswa yang optimal. Merumuskan bahan
pelajaran harus diatur sedemikian rupa agar menantang siswa aktif
mempelajarinya. Tempatkan guru sebagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa.
Demikian pula dalam hal penilaian , guru hendaknya menuntut siswa mencurahkan
pemikirinya secara optimal, kalau perlu berikan tugas-tugas yang harus dikerjakan
di kelas ataupun di rumah.
- Situasi kelas menantang siswamelakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
- Guru tidak mendominasi pembicaraan, tapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
- Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya.
- Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang dilakukan secara mandiri/masing-masing.
- Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungkan manusia bagaikan hubungan bapak anak,bukan hubungan pimpina dengan bawahan.
- Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai kebutuhan siswa.
- Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
- Adanya kebenarian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya.
- Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya.
D. Prinsip-prinsip Belajar Siswa Aktif
Ada beberapa prinsip belajar siswa yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni:
- Stimulasi belajar
- Perhatian dan motivasi
- Respon yang dipelajari
- Penguatan
- Pemakaian dan pemindahan
Menurut Conny Semiawan, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar, antara lain:
- Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar mengajar
- Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru deng an apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah siswa dapat memproses bahan baru
- Prinsip Keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung -hubungkan seluruh aspek pengajaran
- Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual
- Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan -perbedaan tertentu di antara setiapa siswa, shingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal.
- Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru
- Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mempu menyelesaikannya
Sejak dulu
selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar
dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika
diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau
pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode
itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan
pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode
tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat
kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di
samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ;
Pada
umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam
kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar
mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata
hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar
sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan
diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa
yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat
manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif
yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang
terus-menerus. Keduanya tidak menyukai pendekatan-pendekatan psikologis yang
lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan
mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam
bentuk-bentuk :
- Pemanfaatan waktu luang,
- Pembelajaran individual,
- Belajar kelompok,
- Bertanya jawab,
- Belajar mandiri,
- Umpan balik,
- Pendayagunaan lingkungan masyarakat, pengajaran unit,
- Pameran/ display hasil karya siswa, dan
- Mempelajari buku sumber (teks).
Pemanfaatan Waktu Luang.
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan
dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar,
memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan bahan sendiri. Jika
pemanfaatan waktu tersebut dilakukan secara seksama dan berkesinambungan akan
memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
Pembelajaran
individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan
individu tiap siswa, seperti : minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan
sebagainya. Guru dapat mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas belajar bagi
para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya
tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar
dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.
Belajar Kelompok.
Belajar
kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Teknik pelaksanaannya dapat
dalam bentuk kerja kelompok, diskuis kelompok, diskusi kelas, diskusi
terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-masing
anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, kritik dan
sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan
yang lainnya.
Bertanya Jawab.
Kegiatan
tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antar
kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi
setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan
tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya.
Guru bertindak sebagai pengatur lalu lintas atau distributor, dan dianggap
perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan
jawaban-jawaban tersebut.
Belajar Inquiry/ Discovery (Belajar
Mandiri).
Dalam
strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya
memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan
data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil
belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol,
sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas
yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inkuirinya.
Setelah melihat penjelasan diatas, dapat
kita lihat bahwa belum semua system pendidikan di indonesia sesuai dengan
kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA). Meskipun kurikulum dan metode
belajarnya sudah menjadi metode belajar di indonesia saat ini, namun
kenyataannya masih belum berjalan dengan lancar. Para murid kita
masih sangat ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru dalam
mengajar, Sedangkan pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena
kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru
kehilangan fungsi tugasnya. Guru mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid
dalam belajar. Murid tidak biasa belajar aktif. Mereka hanya bisa belajar jika
ada guru. Itupun aktifitas belajarnya hanya melihat dan mendengarkan guru
berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Murid
hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu berbicara di muka umum
adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam belajar. Guru
akhirnya mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar.
Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar.
Oleh sebab itu, penerapan CBSA harus
dimulai sejak dini, dari usia pra sekolah anak harus didik untuk berani dan
aktif, dalam sekolah dasar anak sudah mulia di didik dengan metode CBSA, dengan
kata lain, pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan secara mendetail,
bukan hanya menyalurkan dan memperbesar anggaran APBN. Apabila anak sudah
dibiasakan dengan system CBSA sejak dini, dengan sendirinya anak akan tarus
berkembang dengan baik dan dapat menggali potensinya semaksimal mungkin, tak
ada ketergantungan terhadap guru, dan memiliki rasa kreatif, inovatif dan
mandiri. Untuk memperoleh pendidikan yang seperti ini di indonesia tidaklah
mudah, karena bisa kita lihat sendiri system pembelajaran di indonesia. Namun
masih bisa diperbaiki sedikit demi sedikit asalkan ada keterlibatan dan
kesadaran dari orang tua, guru, sekolah dan penerintah.
Setelah sebelumnya kita mengetahui
apa itu proses pembelajaran CBSA dan bagaimana sistem CBSA itu dilakukan dan
hasil dari proses pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa pross
pembelajaran CBSA merupakan metode pembelajaran yang efektif, namun bukan
berati sempurna,karena memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
a. Kelebihan CBSA
Kelebihan CBSA, yang dikemukakan oleh T. Raka Joni bahwa,
- Keterlibatan mental di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukan dengan peningkatan diri kepada tugas.
- Belajar dengan pengalaman langsung indicator dari CBSA.
- Kekayaan bentuk
- Ditunjukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta.
- dan variasi alat kegiatan belajar mengajar.
- Kualitas interaksi antar siswa.
b. Kelemahan CBSA
Beberapa kelemahan dari CBSA menurut Oemar Hamalik;
- Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan
- Diskusi tak dapat diramalkan
- Memasyarakatkan agar siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlukan secara aktif.
- Membentuk pengaturan fisik dan jadwal yang luwes
- Dapat menjadi palsu jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat.
- Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
Dalam dunia Pendidikan Proses Pembelajaran CBSA dirasa sudah cukup
efektif, karena dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan siswa yang lebih
aktif dalam mencari ilmu pengetahuan tersebut, meskipun akan sulit seperti yang
tergambar dalam kelemahan dari proses belajar itu sendiri, dari sisi ini adalah
peran penting keprofesional seorang guru sebagai pembimbing, pendidik dan
pengarah selama proses belajar mengajar. Dalam pengembangan pendidikan, sistem
CBSA masih sebenarnya dapat berfungsi dengan baik apabila semua syarat san
prinsip dalam system tersebut terpenuhi, sehingga permintaan masyakarat akan
pengembangan pendidikan akan terpenuhi juga. Masyarakat juga harus berperan
aktif dalam membantu proses pengembangan pendidikan tersebut, sepert bersedia
melakukan wawancara oleh siswa apabila diperlukan proses wawancara, bersedia
berbagi pengalaman dan ilmu kepada siswa apabila siswa sedang melakukan praktek
kerja lapangan, sehingga siswa tidak akan merasa kapok dan kesulitan dalam
proses penciptaan rasa percaya diri dalam mengembangkan potensi diri yang ada
pada dirinya, ini akan mempermudah kinerja sekolah dan lembaga pendidikan
lainnya dalam pembentukan karakter siswa aktif. Semakin sadarnya masyarakat
dalam proses pendidikan, maka akan semakin mudah penerapan CBSA kepada siswa,
jadi diharapkan masyarakan jangan hanya menuntut lembaga pendidikan untuk
membuat siswa dan siswanya menjadi kreatif dan inovatif, tapi harus ikut turut
serta dalam proses pendidikannya.
Dalam Teknologi dan ilmu pengetahuan, Pembelajaran CBSA sekarang ini
sudah cukup memenuhi permintaan masyarakat, namun memang belum semua sekolah
melakukan dengan baik sistem CBSA, karena memang tidak mudah mempraktekan
proses pembelajaran CBSA ini, diperlukan seorang tenaga pengajar yang
profesional, waktu yang cukup banyak dan prasarana dan sarana yang lengkap,
dengan kata lain memerlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan seperti yang
kita ketahui pendidikan di indonesia masih sangat memprihatinkan, padahal
anggaran APBN negara sudah cukup tinggi ke dunia pendidikan namun karena
penyalurannya yang belum merata sehingga kurang maksimal penggunaannya. Tapi
ada juga sekolah yang sudah menerapkan sistem CBSA dengan sangat baik, sebagai
buktinya siswa indonesia berhasil menciptakan alat alat teknologi canggih yang
bisa bersaing dengan pelajar diluar negeri, seperti robot, mobil murah esemka,
dan masih banyak lainnya, dalam ilmu pengetahuan juga siswa indonesia beberapa
kali pernah memenangkan olympiade olympiade internasional dalam pelajaran
matematika atau ipa. ini mencerminkan bahwa sistem belajar CBSA memang
berfungsi dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan aturannya.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat berpengaruh pada lingkungan
siswa, karena CBSA bersifat sangat terbuka, siswa dibiarkan mencari ilmu
sebebas bebasnya dengan pengarahan dan bimbingan guru, dengan kata lain siswa
akan melihat dan belajar dari lingkungannya, menilai dan mulai belajar dari apa
yang mereka lihat dan pelajari. Apabila siswa berada dilingkungan yang begitu
memperhatikan pendidikan, sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu teknologi,
maka siswa juga akan memiliki motivasi lebih dalam belajar. Berbeda dengan
Kondisi lingkungan yang kurang kurang memperhatikan pendidikan, kurang sadar
akan pentinganya pendidikan dan apalagi sama sekali tidak tertarik dengan
pendidikan, Ini merupakan masalah yang sangat serius bagi siswa dan lembaga
sekolah, karena dengan kondisi lingkungan yang seperti itu, siswa juga akan
memiliki sugesti yang seperti itu, tak ada motivasi dan dukungan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, apalagi dengan tenaga pengajar
yang kurang pengalaman dan keprofesionalan yang cukup, maka sistem CBSA pasti
akan gagal diberlakukan. Maka situasi belajar seperti inilah yang akan terjadi,
seperti rendahnya partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas, dalam pembelajaran yang berlangsung selama ini, para siswa cenderung
hanya duduk, diam, dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon yang
relevan dengan materi. Selama proses belajar mengajar berlangsung tidak pernah
muncul pertanyaan ataupun gagasan yang berkaitan dengan materi. Kecenderungan ini
menjadi kendala bagi guru pengajar karena menyebabkan ketercapaian penguasaaan
materi oleh siswa sangat rendah.
Proses pembelajarannya pasti tidak akan efektif dan efisien sedangkan
tuntutan masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu, dan
kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran merupakan hal yang
menjadi keharusan. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa kembali
kepada lingkungan yang meliputi faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan
keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan
motivasi. Dari beberapa faktor tersebut motivasi belajar perlu mendapatkan
perhatian secara khusus, karena motivasi belajar yang rendah tampaknya menjadi
faktor penyebab utama terhadap rendahnya partisipasi siswa dalam belajar.
Rendahnya motivasi belajar mahasiswa berhubungan dengan prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar, yaitu perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan.
Oleh sebab itu pertama tama kita harus mengaktifkan siswa terlebih dahulu, seperti
menarik minat siswa.
Untuk menarik minat siswa terlebih dahulu kita dapat menggunakan seni dan
budaya, ini juga sangat membantu dalam pelestarian seni dan budaya itu sendiri.
Meskipun ada mata pembelajaran bagian seni buda sendiri, tapi dengan kita memasuka
unsur budaya dalam sistem CBSA, ini akan berpengaruh terdapat perkembangan dan
kemajuan siswa dalam belajar. Seperti kita ketahui bahwa budaya merupakan unsur
yang tidak bisa lepas dari lingkungan, sebaiknya dalam penggunaan budaya lebih
dominan kepada budaya lokal atau daerah siswa menetap atau bisa saja daerah
sekolah tempat siswa belajar, siswa dapat diminta untuk meneliti budaya sekitar
dan menggabungkannya dengan materi yang berhubungan, dengan demikian tidak
hanya proses pembelajaran CBSA bisa sekaligus mengangkat kembali budaya budaya
indonesia, dan masyarakat akan kembali percaya kepada lembaga pendidikan dan
sekolah karena mereka juga dapat melihat dan memantau sendiri cara siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga hubungan antara masyarakat dengan
pendidikan pun menjadi lebih dekat, tidak hanya mengandalkan sekolah sebagai
satu satunya yang bertanggung jawab dalam pendidikan siswa.
Karena pengetahuan dibangun dalam
diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. proses belajar akan
berjalan dengan baik dan jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu pengetahuan melalui contoh contoh yang menggambarkan
pengetahuan yang menjadi sumbernya. Ini merupakan konsep dari sistem pembelajaran
CBSA yang berkaitan dengan perkembangan budaya. Jika hal ini dapat terus
dilakukan dan dijalankan secara terus menerus, maka pasti pendidikan di
indonedia akan menjadi lebih baik. Namun sistem CBSA tetap harus selalu
derivisi ulang seraca berkala dan sesuai dengan perkembangan jaman, karena kita
tidak bisa memaksakan sesuatu yang sudah kuno kedalam sebuah era yang bukan
eranya lagi, harus ada perubahan perubahan yang sesuai dengan perkembangan
zaman agar perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya tetap beradaptasi dengan
dunia pendidikan.
Semua kembali kepada pengapklikasian sistem pembelakaran CBSA itu
sendiri, memang sedikir memerlukan perjuangan yang lebih dari seorang tenaga
pengajar atau guru, oleh sebab itu untuk menjadi seorang tenaga pengajar haruslah
diseleksi secara teliti dan detail, ini sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran itu sendiri, karena tenaga pengajar bukan hanya orang yang
menguasai materi dengan baik materi yang akan diajarkan, tetapi seorang tenaga
pengajar harus mampu membangkitkan minat siswa, menyampaikan materi kepada
siswa sehingga siwa dapat menerimanya dengan mudah dan efektif, ini diperlukan
keterampilan dan kepribadian yang sesuai dengan kepribadian seorang guru. Juga
dapat memahami karakter seorang siswa dengan baik, karena setiap siswa memiliki
kepribadian dan karakter yang berbeda beda, meskipun cara belajar CBSA yang
diterapkan dalam sekolah, guru juga harus meninjau kembali sistem CBSA yang
disesuaikan dengan siswa, jika sudah seperti itu maka siswa akan lebih bisa
menerima materi dengan baik. Semua itu dilakukan karena tenaga pengajar atau
pendidik dapat diibaratkan sebagai kunci dari keberhasilan seorang siswa dalam
proses belajar mengajar, meskipun sesulit apapun pelajaran yang ia terima, jika
lingkungannya mendukung dan memiliki seorang guru yang profesional, siswa pasti
mampu menyelesaikan kegitatan belajar tersebut.
Jika ditanya tentang apakah Proses Pembelajaran CBSA sudah memenuhi
permintaan masayarakat atau belum, jawabannya adalah tergantung dari masyarakat
itu sendiri, juga dimana masyarakat itu
tinggal dan dabagaimana proses pembelajaran CBSA diaplikasikan pada setiap
sekolah atau lembaga pendidikan. Semua sangat bergantung disana. Karena
masyarakat memiliki tingkat kepuasan yang berbeda beda, ada masyarakat yang
menganggap bahwa anaknya dapat lulus saja dengan nilai baik itu sudah cukup,
ada juga yang menganggap bahwa siswa harus bisa melakukan semua hal karena
telah mengikuti pendidikan di sekolah, ada juga yang mengerti dan paham akan
kemampuan siswa dan apa yang siswa pelajari dari sekolah. Biasanya untuk
sekolaj sekolah yang sudah berstandar internasional, dan memiliki nama, orang
tuanya lebih paham akan anak anaknya, karena orang tuanya juga memiliki tingkat
kesadaran pendidikan yang serupa, mereka mengerti dan akan lebih kritis dengan
apa yang dilakukan siswa juga cara pembelajaran siswa disekolah. Penerapan CBSA
disekolah seperti ini biasanya dilakukan dengan sangat baik dengan ditunjang
dana yang mendukung. Karena tak dapat dipungkiri ini kembali kepasa masalah
fasilitas dan tenaga pendidik.
Sebaliknya bagi orang tuan yang kurang memiliki kesadaran pendidikan,
CBSA bisa saja dianggap memenuhi permintaan karena mereka sebenarnya tidak
perduli dengan pendidikan itu sendiri, yang mereka perduli hanyalah ijasah yang
anaknya dapat sehingga iya bisa melamar pekerjaan yang baik, Adapula masyarakan
yang sangat menggantungakan lembaga tentang keberhasilan anak mereka, tanpa
mereka ikut membantu. Mereka beranggapan bahwa mendidik anak adalah tugas guru
disekolah, dan mereka beranggapan CBSA adalah proses pembelajaran yang akan
membuat anak anak mereka menjadi pintar dan dapat melakukan hal yang digunakan
pada dunia kerja, tanpa melihat persyaratan dan prinsip dari penyelenggaraan
proses CBSA itu sendiri. Jika sudah terjadi hal seperti itu maka proses
pembelajaran CBSA juga tidak akan berhasil. Oleh karena itu, perlu adanya
kerjasama antara sekolah dengan lembaga pendidikan tinggi dan pemerintah untuk
melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan
kesadaran masayarak akan pentingnya hubungan antara masayarakat dengan sekolah
dan pemerintah, sehingga terjadi hubungan yang akan mempermudah proses
pendidikan itu sendiri. Jika sudah seperti ini, maka Proses pembelajaran CBSA
dapat memenuhi permintaan masyarakat dalan hal pendidikan, seni dan budaya
serta ilmu pengetahuan.
Proses
pembelajan CBSA sangat tergantung kepada tenaga pengajar yang profesional,
fasilitaas yang memadai dan juga keterlibatan lingkungan dan masyarakat dalam
proses pelaksanaannya. Jika semua prinsip dan syarat proses pembelajaran CBSA
sudah dipenuhi, maka ini juga dapat memenuhi permintaan masyarakan akan dunia
pendidikan. Ini bisa terjadi jika adanya hubungan antara sekolah, lingkungan,
masyarakat dan pemerintah dalam kemajuan pendidikan.
makasih mba :)
ReplyDeletesangat bermanfaat