Tuesday, September 24, 2013

Metode Belajar CBSA

 
Apakah CBSA sudah benar - benar diaplikasikan di setiap sekolah, baik swasta maupun negeri sesuai dengan kurikulum yang pada saat ini berjalan?

A. Pengertian CBSA

Cara Belajar Siswa Aktif adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu. Menurut Conny Seniawan, CBSA yang dipraktekkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan memproseskan perolehan pada siswa meliputi keterampilan - keterampilan mengamati/observasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan dan mengkomunikasikan. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL). 

CBSA bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori”, tapi merupakan cara, teknik atau dalam bahasa lain disebut “teknologi”. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan tuntunan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar seperti telah dijelaskan dalam uraian di muka. Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar. Sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Dilihat dari subjek didik maka CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka CBSA merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya seecara lebih efektif dan efisien. Mengajar dalam pendekatan ini, menciptakan system lingkungan yang memungkinan semua kemampuan siswa dapat dikembangkan dalam proses belajar. Materi disajikan secara merangsang, kemampuan siswa diperhitungkan, guru berfungsi sebagai motivator, organisation, pengarah dan media pengajaran yang cukup komunikatif. Permasalahannya hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan siswa. Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang, dan adapula keaktifan belajar kategori tinggi. Seandainya dibuat rentangan skala keaktifan dari 0-10, maka keaktifan belajar ada dalam skala 1-10, tidak ada skala nol, betapapun kecilnya keaktifan tersebut. Dengan demikian hakikat CBSA pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar siswa dipandang sebagai objek dan subjek.




B. Dasar Pemikiran Perlunya CBSA dalam Proses Pengajaran


Asumsi Pendidikan 
Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia, atau membudayakan manusia.
pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan, dan martabatnya sebagai manusia.
Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah: 
  • Membina dan mengembangkan potensi manusia
  • Berlangsung sepanjang hayat 
  • Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu 
  • Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru 
  • Meningkatkan kualitas hidup manusia.
 

Asumsi Anak Didik 
Asumsi anak didik didasarkan kepada: 
  • Anak bukan manusia kecil,tapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang
  • Setiap individu / anak didik berbeda kemampuannya
  • Individu atau anak didik pada dasarnya insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya
  • Anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya 


Asumsi Guru 
 Asumsi guru bertolak dari:
  • Bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa
  • Memiliki kemampuan profesional sebagai pengajar
  • Mempunyai kode etik keguruan
  • Berperan sebagai sumber belajar, pemimipin belajar, dan fasilitator belajar sehingga memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar.

Asumsi Proses Pengajaran
Beberapa asumsi proses pengajaran antara lain:
  • Proses pengajaran direncanakan dan dilksanakan sebagai suatu sistem
  • Peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru
  • Proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna
  • Pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secar seimbang
  • Inti dari proses pengajaran adalah adanya kegitan siswa belajar secara optimal.
 

C. Penerapan CBSA dalam Proses Belajar Mengajar

Perencanaan proses belajar-mengajar wujudnya dalam bentuk-bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran (tujuan instruksional), bahan pengajaran, kegiatan, belajar siswa, metode dan alat bantu mengajar dan penilaian. Sedangkan tahap pelaksanaan dari proses belajar mengajar adalah pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi guru dengan siswa pada saatpengajaran itu berlangsung. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) harus tercermin dalam kedua hal di atas, yakni dalam satuan pelajaran dan dalam praktek pengajaran. Dengan demikian, guru yang akan mengajar dengan penekanan kepd CBSA, harus memikirkan hal-hal apa yang akan dilakukan serta menuangkannya secara tertulis dalam satuan pelajaran. Dimulai dari meerumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) harus memberikan peluang bahwa pencapaian tujuan tersebut menuntut kegiatan belajar siswa yang optimal. Merumuskan bahan pelajaran harus diatur sedemikian rupa agar menantang siswa aktif mempelajarinya. Tempatkan guru sebagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa. Demikian pula dalam hal penilaian , guru hendaknya menuntut siswa mencurahkan pemikirinya secara optimal, kalau perlu berikan tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas ataupun di rumah.


Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses belajar tersebut, yakni:

  1. Situasi kelas menantang siswamelakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
  2. Guru tidak mendominasi pembicaraan, tapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
  3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya.
  4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang dilakukan secara mandiri/masing-masing.
  5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungkan manusia bagaikan hubungan bapak anak,bukan hubungan pimpina dengan bawahan.
  6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai kebutuhan siswa.
  7. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
  8. Adanya kebenarian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya.
  9. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya.

D. Prinsip-prinsip Belajar Siswa Aktif

Ada beberapa prinsip belajar siswa yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni:
  1. Stimulasi belajar
  2. Perhatian dan motivasi
  3. Respon yang dipelajari
  4. Penguatan
  5. Pemakaian dan pemindahan

Menurut Conny Semiawan, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar, antara lain:

  1. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar mengajar
  2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru deng an apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah siswa dapat memproses bahan baru  
  3. Prinsip Keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung -hubungkan seluruh aspek pengajaran  
  4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual  
  5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan -perbedaan tertentu di antara setiapa siswa, shingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal.  
  6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru  
  7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mempu menyelesaikannya


E. Pendekatan CBSA Dalam Pembelajaran 

Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ;

Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Keduanya tidak menyukai pendekatan-pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk :
  • Pemanfaatan waktu luang,
  • Pembelajaran individual,
  • Belajar kelompok,
  • Bertanya jawab,
  • Belajar mandiri,
  • Umpan balik,
  • Pendayagunaan lingkungan masyarakat, pengajaran unit,
  • Pameran/ display hasil karya siswa, dan
  • Mempelajari buku sumber (teks).
Beberapa diantaranya akan diuraikan di bawah ini :


Pemanfaatan Waktu Luang.
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan bahan sendiri. Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan secara seksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di sekolah.

Pembelajaran Individual.
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti : minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.


Belajar Kelompok.
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskuis kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-masing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, kritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Bertanya Jawab.
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antar kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalu lintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.

Belajar Inquiry/ Discovery (Belajar Mandiri).
Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inkuirinya.


F. Penerapan CBSA di Indonesia

Setelah melihat penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa belum semua system pendidikan di indonesia sesuai dengan kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA). Meskipun kurikulum dan metode belajarnya sudah menjadi metode belajar di indonesia saat ini, namun kenyataannya masih belum berjalan dengan lancar. Para murid kita masih sangat ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru dalam mengajar, Sedangkan pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru kehilangan fungsi tugasnya. Guru mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid dalam belajar. Murid tidak biasa belajar aktif. Mereka hanya bisa belajar jika ada guru. Itupun aktifitas belajarnya hanya melihat dan mendengarkan guru berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Murid hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu berbicara di muka umum adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam belajar. Guru akhirnya mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar. Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar.

Oleh sebab itu, penerapan CBSA harus dimulai sejak dini, dari usia pra sekolah anak harus didik untuk berani dan aktif, dalam sekolah dasar anak sudah mulia di didik dengan metode CBSA, dengan kata lain, pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan secara mendetail, bukan hanya menyalurkan dan memperbesar anggaran APBN. Apabila anak sudah dibiasakan dengan system CBSA sejak dini, dengan sendirinya anak akan tarus berkembang dengan baik dan dapat menggali potensinya semaksimal mungkin, tak ada ketergantungan terhadap guru, dan memiliki rasa kreatif, inovatif dan mandiri. Untuk memperoleh pendidikan yang seperti ini di indonesia tidaklah mudah, karena bisa kita lihat sendiri system pembelajaran di indonesia. Namun masih bisa diperbaiki sedikit demi sedikit asalkan ada keterlibatan dan kesadaran dari orang tua, guru, sekolah dan penerintah.  

G. Pendidikan, Teknologi, Seni & Budaya serta Pengetahuan?


Setelah sebelumnya kita mengetahui apa itu proses pembelajaran CBSA dan bagaimana sistem CBSA itu dilakukan dan hasil dari proses pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa pross pembelajaran CBSA merupakan metode pembelajaran yang efektif, namun bukan berati sempurna,karena memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :

a. Kelebihan CBSA 
Kelebihan CBSA, yang dikemukakan oleh T. Raka Joni bahwa,

  • Keterlibatan mental di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukan dengan peningkatan diri kepada tugas.
  • Belajar dengan pengalaman langsung indicator dari CBSA.
  • Kekayaan bentuk
  • Ditunjukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta.
  • dan variasi alat kegiatan belajar mengajar.
  • Kualitas interaksi antar siswa.

b. Kelemahan CBSA
Beberapa kelemahan dari CBSA menurut Oemar Hamalik;  

  • Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan
  • Diskusi tak dapat diramalkan
  • Memasyarakatkan agar siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlukan secara aktif.
  • Membentuk pengaturan fisik dan jadwal yang luwes
  • Dapat menjadi palsu jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat. 
  • Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain. 

Dalam dunia Pendidikan Proses Pembelajaran CBSA dirasa sudah cukup efektif, karena dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan siswa yang lebih aktif dalam mencari ilmu pengetahuan tersebut, meskipun akan sulit seperti yang tergambar dalam kelemahan dari proses belajar itu sendiri, dari sisi ini adalah peran penting keprofesional seorang guru sebagai pembimbing, pendidik dan pengarah selama proses belajar mengajar. Dalam pengembangan pendidikan, sistem CBSA masih sebenarnya dapat berfungsi dengan baik apabila semua syarat san prinsip dalam system tersebut terpenuhi, sehingga permintaan masyakarat akan pengembangan pendidikan akan terpenuhi juga. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam membantu proses pengembangan pendidikan tersebut, sepert bersedia melakukan wawancara oleh siswa apabila diperlukan proses wawancara, bersedia berbagi pengalaman dan ilmu kepada siswa apabila siswa sedang melakukan praktek kerja lapangan, sehingga siswa tidak akan merasa kapok dan kesulitan dalam proses penciptaan rasa percaya diri dalam mengembangkan potensi diri yang ada pada dirinya, ini akan mempermudah kinerja sekolah dan lembaga pendidikan lainnya dalam pembentukan karakter siswa aktif. Semakin sadarnya masyarakat dalam proses pendidikan, maka akan semakin mudah penerapan CBSA kepada siswa, jadi diharapkan masyarakan jangan hanya menuntut lembaga pendidikan untuk membuat siswa dan siswanya menjadi kreatif dan inovatif, tapi harus ikut turut serta dalam proses pendidikannya.

Dalam Teknologi dan ilmu pengetahuan, Pembelajaran CBSA sekarang ini sudah cukup memenuhi permintaan masyarakat, namun memang belum semua sekolah melakukan dengan baik sistem CBSA, karena memang tidak mudah mempraktekan proses pembelajaran CBSA ini, diperlukan seorang tenaga pengajar yang profesional, waktu yang cukup banyak dan prasarana dan sarana yang lengkap, dengan kata lain memerlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan seperti yang kita ketahui pendidikan di indonesia masih sangat memprihatinkan, padahal anggaran APBN negara sudah cukup tinggi ke dunia pendidikan namun karena penyalurannya yang belum merata sehingga kurang maksimal penggunaannya. Tapi ada juga sekolah yang sudah menerapkan sistem CBSA dengan sangat baik, sebagai buktinya siswa indonesia berhasil menciptakan alat alat teknologi canggih yang bisa bersaing dengan pelajar diluar negeri, seperti robot, mobil murah esemka, dan masih banyak lainnya, dalam ilmu pengetahuan juga siswa indonesia beberapa kali pernah memenangkan olympiade olympiade internasional dalam pelajaran matematika atau ipa. ini mencerminkan bahwa sistem belajar CBSA memang berfungsi dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan aturannya. 

Keberhasilan proses pembelajaran sangat berpengaruh pada lingkungan siswa, karena CBSA bersifat sangat terbuka, siswa dibiarkan mencari ilmu sebebas bebasnya dengan pengarahan dan bimbingan guru, dengan kata lain siswa akan melihat dan belajar dari lingkungannya, menilai dan mulai belajar dari apa yang mereka lihat dan pelajari. Apabila siswa berada dilingkungan yang begitu memperhatikan pendidikan, sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu teknologi, maka siswa juga akan memiliki motivasi lebih dalam belajar. Berbeda dengan Kondisi lingkungan yang kurang kurang memperhatikan pendidikan, kurang sadar akan pentinganya pendidikan dan apalagi sama sekali tidak tertarik dengan pendidikan, Ini merupakan masalah yang sangat serius bagi siswa dan lembaga sekolah, karena dengan kondisi lingkungan yang seperti itu, siswa juga akan memiliki sugesti yang seperti itu, tak ada motivasi dan dukungan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, apalagi dengan tenaga pengajar yang kurang pengalaman dan keprofesionalan yang cukup, maka sistem CBSA pasti akan gagal diberlakukan. Maka situasi belajar seperti inilah yang akan terjadi, seperti rendahnya partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, dalam pembelajaran yang berlangsung selama ini, para siswa cenderung hanya duduk, diam, dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon yang relevan dengan materi. Selama proses belajar mengajar berlangsung tidak pernah muncul pertanyaan ataupun gagasan yang berkaitan dengan materi. Kecenderungan ini menjadi kendala bagi guru pengajar karena menyebabkan ketercapaian penguasaaan materi  oleh siswa sangat rendah.

Proses pembelajarannya pasti tidak akan efektif dan efisien sedangkan tuntutan masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu, dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran merupakan hal yang menjadi keharusan. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa kembali kepada lingkungan yang meliputi faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. Dari beberapa faktor tersebut motivasi belajar perlu mendapatkan perhatian secara khusus, karena motivasi belajar yang rendah tampaknya menjadi faktor penyebab utama terhadap rendahnya partisipasi siswa dalam belajar. Rendahnya motivasi belajar mahasiswa berhubungan dengan prinsip-prinsip motivasi dalam belajar, yaitu perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan. Oleh sebab itu pertama tama kita harus mengaktifkan siswa terlebih dahulu, seperti menarik minat siswa. 

Untuk menarik minat siswa terlebih dahulu kita dapat menggunakan seni dan budaya, ini juga sangat membantu dalam pelestarian seni dan budaya itu sendiri. Meskipun ada mata pembelajaran bagian seni buda sendiri, tapi dengan kita memasuka unsur budaya dalam sistem CBSA, ini akan berpengaruh terdapat perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar. Seperti kita ketahui bahwa budaya merupakan unsur yang tidak bisa lepas dari lingkungan, sebaiknya dalam penggunaan budaya lebih dominan kepada budaya lokal atau daerah siswa menetap atau bisa saja daerah sekolah tempat siswa belajar, siswa dapat diminta untuk meneliti budaya sekitar dan menggabungkannya dengan materi yang berhubungan, dengan demikian tidak hanya proses pembelajaran CBSA bisa sekaligus mengangkat kembali budaya budaya indonesia, dan masyarakat akan kembali percaya kepada lembaga pendidikan dan sekolah karena mereka juga dapat melihat dan memantau sendiri cara siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga hubungan antara masyarakat dengan pendidikan pun menjadi lebih dekat, tidak hanya mengandalkan sekolah sebagai satu satunya yang bertanggung jawab dalam pendidikan siswa.

Karena pengetahuan dibangun  dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan  dengan lingkungan. proses belajar akan berjalan dengan baik dan jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu pengetahuan melalui contoh contoh yang menggambarkan pengetahuan yang menjadi sumbernya. Ini merupakan konsep dari sistem pembelajaran CBSA yang berkaitan dengan perkembangan budaya. Jika hal ini dapat terus dilakukan dan dijalankan secara terus menerus, maka pasti pendidikan di indonedia akan menjadi lebih baik. Namun sistem CBSA tetap harus selalu derivisi ulang seraca berkala dan sesuai dengan perkembangan jaman, karena kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang sudah kuno kedalam sebuah era yang bukan eranya lagi, harus ada perubahan perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman agar perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya tetap beradaptasi dengan dunia pendidikan. 

Semua kembali kepada pengapklikasian sistem pembelakaran CBSA itu sendiri, memang sedikir memerlukan perjuangan yang lebih dari seorang tenaga pengajar atau guru, oleh sebab itu untuk menjadi seorang tenaga pengajar haruslah diseleksi secara teliti dan detail, ini sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran itu sendiri, karena tenaga pengajar bukan hanya orang yang menguasai materi dengan baik materi yang akan diajarkan, tetapi seorang tenaga pengajar harus mampu membangkitkan minat siswa, menyampaikan materi kepada siswa sehingga siwa dapat menerimanya dengan mudah dan efektif, ini diperlukan keterampilan dan kepribadian yang sesuai dengan kepribadian seorang guru. Juga dapat memahami karakter seorang siswa dengan baik, karena setiap siswa memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda beda, meskipun cara belajar CBSA yang diterapkan dalam sekolah, guru juga harus meninjau kembali sistem CBSA yang disesuaikan dengan siswa, jika sudah seperti itu maka siswa akan lebih bisa menerima materi dengan baik. Semua itu dilakukan karena tenaga pengajar atau pendidik dapat diibaratkan sebagai kunci dari keberhasilan seorang siswa dalam proses belajar mengajar, meskipun sesulit apapun pelajaran yang ia terima, jika lingkungannya mendukung dan memiliki seorang guru yang profesional, siswa pasti mampu menyelesaikan kegitatan belajar tersebut.

Jika ditanya tentang apakah Proses Pembelajaran CBSA sudah memenuhi permintaan masayarakat atau belum, jawabannya adalah tergantung dari masyarakat itu sendiri,  juga dimana masyarakat itu tinggal dan dabagaimana proses pembelajaran CBSA diaplikasikan pada setiap sekolah atau lembaga pendidikan. Semua sangat bergantung disana. Karena masyarakat memiliki tingkat kepuasan yang berbeda beda, ada masyarakat yang menganggap bahwa anaknya dapat lulus saja dengan nilai baik itu sudah cukup, ada juga yang menganggap bahwa siswa harus bisa melakukan semua hal karena telah mengikuti pendidikan di sekolah, ada juga yang mengerti dan paham akan kemampuan siswa dan apa yang siswa pelajari dari sekolah. Biasanya untuk sekolaj sekolah yang sudah berstandar internasional, dan memiliki nama, orang tuanya lebih paham akan anak anaknya, karena orang tuanya juga memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang serupa, mereka mengerti dan akan lebih kritis dengan apa yang dilakukan siswa juga cara pembelajaran siswa disekolah. Penerapan CBSA disekolah seperti ini biasanya dilakukan dengan sangat baik dengan ditunjang dana yang mendukung. Karena tak dapat dipungkiri ini kembali kepasa masalah fasilitas dan tenaga pendidik.

Sebaliknya bagi orang tuan yang kurang memiliki kesadaran pendidikan, CBSA bisa saja dianggap memenuhi permintaan karena mereka sebenarnya tidak perduli dengan pendidikan itu sendiri, yang mereka perduli hanyalah ijasah yang anaknya dapat sehingga iya bisa melamar pekerjaan yang baik, Adapula masyarakan yang sangat menggantungakan lembaga tentang keberhasilan anak mereka, tanpa mereka ikut membantu. Mereka beranggapan bahwa mendidik anak adalah tugas guru disekolah, dan mereka beranggapan CBSA adalah proses pembelajaran yang akan membuat anak anak mereka menjadi pintar dan dapat melakukan hal yang digunakan pada dunia kerja, tanpa melihat persyaratan dan prinsip dari penyelenggaraan proses CBSA itu sendiri. Jika sudah terjadi hal seperti itu maka proses pembelajaran CBSA juga tidak akan berhasil. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara sekolah dengan lembaga pendidikan tinggi dan pemerintah untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan kesadaran masayarak akan pentingnya hubungan antara masayarakat dengan sekolah dan pemerintah, sehingga terjadi hubungan yang akan mempermudah proses pendidikan itu sendiri. Jika sudah seperti ini, maka Proses pembelajaran CBSA dapat memenuhi permintaan masyarakat dalan hal pendidikan, seni dan budaya serta ilmu pengetahuan.

H. Kesimpulan.

Proses pembelajan CBSA sangat tergantung kepada tenaga pengajar yang profesional, fasilitaas yang memadai dan juga keterlibatan lingkungan dan masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Jika semua prinsip dan syarat proses pembelajaran CBSA sudah dipenuhi, maka ini juga dapat memenuhi permintaan masyarakan akan dunia pendidikan. Ini bisa terjadi jika adanya hubungan antara sekolah, lingkungan, masyarakat dan pemerintah dalam kemajuan pendidikan.












1 comment: